Jamaah Majelis Dzikir As-Samawaat Al Maliki

Jamaah Majelis Dzikir As-Samawaat Al Maliki

Jumat, 11 November 2011

IBRAH (MENGAMBIL PELAJARAN DARI UMAT TERDAHULU)

Contoh-contoh bentuk kehidupan umat sebelum Nabi Muhammad SAW, terutama pada kasus Nabi Sulaiman as, Nabi Daud as dan kerajaan Saba’. Kisah Nabi Sulaiman as dan Nabi Daud as adalah model managemen pemerintahan berbasis syukur kepada Allah. Sedangkan peristiwa Saba’ merupakan model managemen pemerintahan berbasis kufur, yang berujung pada krisis politik, ekonomi dan lingkungan.

Ibrah merupakan upaya pembuktian secara historis, sekaligus untuk menunjukkan kebenaran fragmatis, artinya sesuatu yang benar telah terjadi dalam kehidupan, sehingga dapat diambil suatu analogi (qiyas) dalam kehidupan pada masa sekarang. Analogi dapat diambil dari berbagai peristiwa sejarah, seperti kesuksesan manajemen Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as sebagai solusi dalam menangani krisis multi dimensi pada kerajaan Saba’. Solusi tersebut tentu saja harus dipahami konsepnya, sehingga dapat menemukan rancangan utama kebijakannya (grand design policy) dalam membangun negeri. Konsep-konsep tersebut dapat dipahami dalam uraian di bawah ini.

PELAJARAN DARI KASUS NABI DAUD AS DAN NABI SULAIMAN AS

”Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba : 10-11)

Ayat 10 dan 11 menjelaskan bahwa Nabi Daud as diberikan karunia berupa kemampuan penguasaan sumberdaya alam (gunung) beserta ekosistemnya, terutama fauna (burung), serta penguasaan teknologi pembuatan logam (metalurgi). Menurut mufassirin dalam tafsir Qurtubi, karunia Nabi Daud as adalah kenabian, kitab Zabur, ilmu Allah (An-Namlu:15), kekuatan (shad:18), menguasai gunung, burung dan manusia, tarwiyah (shad:26), pemimpin atau raja (shad:26), dan penguasa teknik metalurgi. Dengan demikian, karunia yang diberikan kepada Nabi Daud as adalah :
1.    Sebagai Rasulullah dengan kitab-Nya bernama Zabur; dan menjadi pemimpin (raja) di Kerajaan Babilonia yang berpusat di Yerusalem;
2.    Memiliki pemahaman serta mengerti bahasa dan mampu berkomunikasi dengan binatang-binatang, gunung-gunung dan alam sekitarnya, sehingga mereka selalu bertasbih bersamanya;
3.    Memiliki pengetahuan dan teknologi metalurgi, mengolah besi hingga dibuatkan baju tanpa harus melalui proses pembakaran;

Allah memberikan peringatan kepada Nabi Daud as, bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, sebagian karunia yang diberikannya, jangan disalahgunakan untuk menjalankan dan pemenuhan hawa nafsu, karena dapat menyesatkan dari jalan yang benar.

”Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shad : 26)

Nabi Daud as mengelola sumberdaya tersebut sesuai dengan keinginan Allah sebagai pencipta. Orientasi manajemen tersebut dimulai secara lafdziah dengan tasbih atau menyucikan Allah. Pemahaman umum bertasbih adalah menyingkirkan dominasi dan motif lainnya selain Allah sebagai satu-satunya pusat lintasan hati. Hati yang mengorbit pada system Allah dapat diterapkan dalam system manajemen sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan manusia (natural resources dan man made resources).

Nabi Daud as senantiasa mandiri dan kreatif mengembangkan baju besi. Dengan hasil pembuatan baju besi tersebut, Nabi Daud as tidak perlu merogoh uang kas negara, namun cukup dari hasil penjualannya. Dari hasil penjualannya, uang itu sepertiganya disedekahkan, sepertiganya untuk membeli keperluan dan kebutuhan rumah tangga, dan sepertiganya lagi disimpan untuk keperluan sedekah harian, hingga ia membuat baju berikutnya.

Pelajaran yang dapat dipetik untuk zaman sekarang ini adalah :
1.    Nabi Daud as yang menjadi raja sekaligus nabi, dalam menjalankan kekuasaannya senantiasa bersyukur kepada Allah;
2.    Nabi Daud as selalu mengajak bertasbih pada gunung dan burung. Kaidah ilmiah menunjukkan bahwa gunung adalah kunci kestabilan bumi, sedangkan burung indikator kestabilan lingkungan. Pemahaman umum dari karunia Nabi Daud as adalah bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan ekosistemnya jangan digerakkan oleh hawa nafsu, namun semata-mata harus mengikuti sistem Allah SWT, agar tetap memberikan rahmat-Nya.

Budaya logam dalam ilmu sejarah menggambarkan kemajuan budaya yang sangat tinggi. Begitu juga penguasaan sumberdaya alam, merupakan fase domestifikasi hewan. Dengan demikian, karunia yang diberikan kepada Nabi Daud as merupakan penguasaan ilmu pengetahuan yang luar biasa tingginya. Oleh karena itu, umat Islam harus terdepan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengolah kekayaan bumi untuk memakmurkan dunia.

”Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS. Saba : 12)

Ayat 12 menjelaskan tentang Nabi sulaiman as sebagai pewaris kerajaan ayahnya, sehingga ia memiliki kekuasaan, kenabian, kekayaan dan ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuannya, ia dapat menguasai energi angin. Angin merupakan energi gerak yang dewasa ini dapat ditransfer menjadi berbagai energi, seperti gerak kapal, pembangkit tenaga listrik, dan lain sebagainya. Nabi Sulaiman as memiliki kemampuan untuk menggunakan energi angin sebagai energi gerak, sehingga dapat memperpendek atau mempersingkat perjalanan. Perjalanan yang umumnya ditempuh satu bulan oleh perjalanan unta yang paling cepat, maka dengan energi angin dapat diselasaikan dalam 6 jam (dimulai waktu subuh hingga waktu dzuhur). Sehingga perjalanan dua bulan dapat ditempuh dalam satu hari.

Dengan penguasaan teknologi energi angin ini, Nabi Sulaiman as dapat melakukan perjalanan dengan bala tentaranya ke berbagai negara. Dengan kemampuan tersebut maka rentang kendali kekuasaan cukup luas, sehingga wajarlah jika beliau memiliki kekuasaan yang sangat besar.

Selanjutnya, Nabi Sulaiman as pun dapat menguasai bangsa-bangsa jin. Karakteristik jin dapat dipahami melalui pendekatan pemahaman karakteristik energi. Kekuasaan Nabi Sulaiman as terhadap jin dibuktikan dengan kemampuannya memerintah jin atas seizin Allah untuk membangun kerajaannya.

”Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (QS. Saba : 13)

Ayat 13 menjelaskan bahwa jin dapat dikuasai dan diperintah atas seizin Allah untuk membangun sarana, seperti gedung-gedung yang tinggi, perkakas logam dan benda-benda lainnya. Dengan kekuasaan tersebut, memungkinkan bagi Nabi Sulaiman as sekaligus sebagai raja, untuk membangun gedung-gedung yang monumental dengan tentara yang banyak dan gagah perkasa, yang terdiri dari pasukan manusia, pasukan jin dan pasukan binatang, yang diantaranya terdapat korp intelejen yang terdiri dari pasukan burung hud-hud.

Keempat ayat di atas dapat dijadikan cermin atau model bahwa keluarga kerajaan Nabi Daud dengan segala fasilitas yang dimilikinya, meliputi kekayaan, kekuasaan, kenabian dan ilmu pengetahuan yang luar biasa, termasuk golongan hamba yang pandai bersyukur, sehingga tetap taat pada perintah Allah SWT.

Cermin bagi kita adalah dimana kekuasaan, kekayaan dan penguasaan ilmu pengetahuan tidak menjadi penghalang untuk tetap menjadi insan yang pandai bersyukur. Bersyukur kepada Allah adalah taat kepada Allah.

Golongan yang bersyukur dinyatakan oleh Allah sebagai golongan minoritas, sehingga sebaliknya golongan mayoritas tergolong manusia yang tidak pandai bersyukur. Dengan demikian, paradigma demokrasi yang berpegangan pada pendapat mayoritas belum menjamin hasilnya sebagai sebuah kebenaran. Untuk itu, perlu dilindungi oleh nilai-nilai ilahiah.

”Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba : 14)

Ayat 14 menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman tatkala menemui ajalnya, tidak seorang pun, baik dari golongan jin dan manusia yang tahu tanda-tanda yang menunjukkan kematiannya, kecuali setelah tongkat beliau mengalami kelapukan, sehingga beliau terjatuh. Setelah beliau terjatuh, para jin membuktikan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatu yang gaib. Hal ini merupakan penyangkalan atas persepsi manusia yang menyangka bahwa jin mengetahui yang gaib.

Allah ta’ala memberitahukan proses wafat-Nya Nabi Sulaiman as dan merahasiakannya kepada jin yang sedang melaksanakan pekerjaan yang berat. Nabi Sulaiman as memohon kepada Malaikat Izrail, denga izin Allah, untuk mengetahui waktu yang pasti beliau akan meninggal. Pengetahuan tersebut, digunakan Nabi Sulaiman as untuk memerintahkan kepada jin untuk membangun masjid. Setelah mimbarnya selesai, beliau melaksanakan shalat dengan bertelekan pada tongkatnya. Beliau dalam posisi demikian selama setahun. Setelah tongkatnya dimakan rayap, tongkat itu pun rapuh, sehingga jatuhlah Nabi Sulaiman as ke lantai mibar. Maka tahulah jin bahwa Nabi Sulaiman as telah meninggal dunia jauh sebelum itu. Dan ayat ini yang menerangkan bahwa jin itu tidak mengetahui hal yang gaib. Jika mereka tahu hal yang gaib, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Nabi Sulaiman as telah meninggal dunia, dan selama itu mereka terus saja bekerja tanpa henti selama satu tahun.

Cermin bagi kita adalah janganlah menganggap bahwa jin tahu segalanya tentang yang gaib, sehingga menjadi sumber pujaan dan pujian, yang menggelincirkan keimanan kita.

KASUS NEGERI SABA’

Kasus kerajaan Negeri saba’ yang dijelaskan dalam Al Qur’an merupakan jawaban dari sahabat Rasulullah, yaitu Al-Ghathafani. ”Ya nabiyallah, di zaman jahiliyyah kaum Saba’ merupakan kaum yang gagah dan kuat.  Aku takut sekiranya mereka menolak masuk Islam. Apakah aku boleh memeranginya.” Bersabda Rasulullah SAW, ”Aku tidak diperintah apa-apa berkenaan dengan mereka”. Maka turunlah ayat dari Surat Saba’ (15,16,17), untuk melukiskan keadaan kaum saba’ yang sesungguhnya.

”Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".” (QS. Saba : 15)

Ayat berikutnya adalah tentang manajemen sebuah pemerintahan dan soal wilayah kekuasaan. Cermin tersebut terdapat dalam ayat 15 yang dimulai dengan perkataan laqod. Huruf la menunjukkan lam qosam dan qod untuk menunjukkan kesungguhan. Melalui kata ini, Allah memberikan penegasan untuk mengambil pelajaran bagi manusia melalui kasus kerajaan Sabaiyyah. Kaum Saba’ memiliki asal-usul dari Saba’ bin Yasjub bin Ya’rub bin Qathan hingga membentuk sebuah kerajaan. Wilayah kerajaan ini (menurut Alhamdi dalam Tafsir Maraghi) terletak pada sebuah daratan di antara gunung-gunung. Kemudian mereka membuat bendungan untuk mengairi wilayahnya, yaitu Bendungan Ma’arib (disebut juga Bendungan Arim).

Kata Arim jamak dari arimah, yang artinya tumpukan batu. Selanjutnya, tafsir tersebut menjelaskan bahwa bendungan terdiri dari tiga pintu.

Air hujan ditampung di dalamnya, kemudian dialirkan oleh pintu pertama. Kemudian disusul oleh pintu kedua dan ketiga. Dengan adanya irigasi dari bendungan Ma’arib ini, maka kiri dan kanan lahan ditanami oleh tanaman pertanian, sehingga hasil pertanian tersebut memberikan kemakmuran bagi rakyatnya.

Kemakmuran digambarkan oleh kalimat bahwa di kiri dan kanan terdapat dua kebun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat aneka buah-buahan sehingga sejauh mata memandang, baik pandangan ke kiri maupun arah sebaliknya, dipenuhi dengan aneka jenis tanaman yang berbuah.

Kemakmuran tersebut merupakan pemberian rezeki dari Allah, dan karenanya mereka diperintahkan untuk bersyukur. Bersyukur berarti melaksanakan perintah-Nya, atau menjalankan ketaatan penuh kepada Allah. Kemakmuran yang disyukuri akan menjadikan negara tentram dan sejahtera serta penuh dengan kebaikan atau baldatun toyyibatun warobbun ghofur.

”Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba : 16)

Ayat 16 menjelaskan penduduk negeri yang memiliki kemakmuran namun mereka menolak ajaran yang dibawa oleh rasul, dan berpaling dari ajaran Allah. Kemudian Allah memberikan siksaan berwujud sailul arim, yaitu bobolnya Bendungan Ma’arib.

Bencana tersebut berupa bencana ekologis, yang ditegaskan dengan firmanNya. ”kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon yang berbuah pahit, pohon atsl dan sedikit pohon sidr”. Bencana tersebut berdampak sebagai berikut : a) Kehancuran kekuasaan yang menyebabkan Kerajaan Sabaiyyah mengalami disintegrasi hingga menjadi tiga kerajaan kecil dan b) Perubahan ekologis, dari wilayah pertanian yang subur makmur, menjadi semak belukar yang ditumbuhi oleh pohon cemara dan bidara yang berduri.

Perubahan ekologis (ecological change) tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi ekonomi masyarakat dari keadaan puncak (peak) yang memberikan kesejahteraan menuju keadaan depresi ekonomi yang paling buruk, sehingga tidak memberikan manfaat bagi penduduk.

Karena perekonomian Negeri saba’ berbasiskan sumberdaya alam (resources base economic), maka ketika landasan ekonominya hancur, yakni hancurnya sumberdaya alam dan ekosistemnya, maka system ekonominya pun turut hancur. Bencana ekologis memiliki dampak yang relatif lama, dan pengaruhnya sangat sistematis, sehingga untuk membangunnya kembali harus mulai dari awal serta diperlukan waktu sangat lama. Jika ekosistem sumberdaya yang hancur (collapse) maka akan memberikan kehancuran ekonomi dan membuahkan penderitaan. Itulah hakekat dari ketidakpandaian bersyukur yang membuahkan azab berupa penderitaan yang langsung pada kehidupan.

”Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”  (QS. Saba : 17)

Ayat 17 menjelaskan bahwa bencana yang ditimpakan kepada masyarakat Saba’ disebabkan oleh penolakan ajaran Allah (kufur), sehingga perbuatan maksiat tersebut berakumulasi menjadi bencana. Tidaklah mereka mendapat bencana atau siksaan, kecuali karena mereka telah menjadi kelompok masyarakat yang menolak kebenaran Allah.

”Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba : 18)

Ayat 18 menjelaskan bahwa Allah menjadikan antara wilayah Saba’ dengan Syam, sebuah pemukiman yang penuh dengan berkah, yakni wilayah Syam serta pemukiman antara wilayah Saba’ dengan Wilayah Syam dimana terdapat pemukiman-pemukiman yang saling berdekatan. Jarak antar pemukiman sangat baik untuk bepergian, karena tidak terlalu jauh, sehingga tidak khawatir kemalaman (waqoddarnaa fiihassair).

Oleh karena itu, bepergianlah dengan aman, baik siang dan malam. Kesejahteraan berupa rasa aman dan nyaman merupakan indikasi dari sebuah negeri yang diberi berkah oleh Allah, dan untuk diambil pelajarannya bagi orang beriman.

”Maka mereka berkata: "Ya Tuhan Kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka Menganiaya diri mereka sendiri; Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi Setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. Saba : 19)

Ayat ini menjelaskan bahwa mereka, selain diberi kota yang dapat dijangkau dan relatif aman, juga memiliki kemakmuran berupa banyaknya buah-buahan dan air yang melimpah. Kenikmatan, kenyamanan dan keamanan yang telah diberikan oleh Allah telah membuat bosan, sehingga mereka menghendaki adanya jarak kota yang jauh agar dapat menunjukkan kemampuannya di atas orang-orang yang tidak mampu, terutama unjuk kekuatan kendaraan binatang tunggangan dan perbekalannya. Permintaan ini merupakan wujud kesombongan sebagai buah tidak bersyukur.

Allah mengabulkan permintaan mereka, dan menghukumnya atas keingkaran mereka pada nikmat yang telah diberikannya. Menurut Tafsir Al-Maragi, azab yang diberikannya telah menjadi bahan omongan, sekaligus menjadi pelajaran bagi masyarakat sesudahnya. Penderitaan yang sangat besar telah mereka rasakan, berupa terjadinya perubahan dari negeri yang bersatu, aman, tentram, makmur, kemudian dirubah menjadi negeri yang hancur, baik dalam perekonomiannya maupun dari persatuannya, dimana mereka mengalami perpecahan kaum menjadi Keluarga Jafnah bin Amr yang tinggal di Syam, Kaum Aus dan Khazraj yang tinggal di Yastrib, Uzdu Sarat yang tinggal di Sarat, dan Uzdu Uman yang tinggal di Omman. Sesudah disintegrasi, maka disusul dengan bencana banjir, serta krisis lingkungan dan ekonomi.


Dikutip dari buku ”To Be The Superpower Country” karangan KH. Sa’adih Al-Batawi & Dr. Nandang Najmulmunir, Ir. MS

1 komentar:

  1. KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM

    Assalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih

    BalasHapus