Jamaah Majelis Dzikir As-Samawaat Al Maliki

Jamaah Majelis Dzikir As-Samawaat Al Maliki

Jumat, 11 November 2011

TO BE THE SUPERPOWER COUNTRY (BAB IX. PENUTUP)




BUMI DENGAN DIAMETER 12.756 km, yang merupakan planet paling indah di antara planet dalam tata surya, juga memiliki iklim paling ramah.  Bumi senantiasa digilir oleh Allah agar ada dalam keseimbangan.  Dengan kemiringan ini telah mencegah pemanasan yang berlebihan di wilayah ekuator bumi.  Tanpa kemiringan, perbedaan temperature antara ekuator dan kutub akan jauh lebih besar dan bumi akan menjadi tempat yang jauh lebih sukar untuk berseminya kehidupan.  Bumi memiliki kenampakkan permukaan yang cantik dengan medan magnet yang menyenangkan, yang kesemuanya telah diciptakan secara khusus sebagai tempat hunian makhluk hidup.

Allah juga telah menciptakan bumi dengan atmosfir yang bukan saja melindungi dari radiasi sinar matahari dan bintang-bintang lainnya, tetapi melindungi dari hantaman meteor yang setiap saat jatuh menghantam bumi karena meteor-meteor tersebut pada umumnya telah terbakar habis ketika memasuki dan bergesekan dengan atmosfir. (Saksono, 2006)

Planet bumi yang indah, nyaman dan aman dari hantaman meteor, adalah agar diketahui oleh manusia bahwa itulah Allah Maha Indah, Maha Sempurna dan Maha Kasih-Sayang kepada makhluknya.  Khususnya manusia sebagai satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang paling indah ragawinya.  Lalu manusia itu diberikan ajaran melalui Rasulnya, serta diangkat menjadi pemimpin di muka bumi untuk membuat harmoni dan sentuhan kasih-sayang di alam ekosistem bumi ini, sebagaimana Allah juga telah memberikan sentuhan kasih saying kepada seluruh makhluk, teristimewa kepada manusia.

Kondisi bumi sangat nyaman, jauh dengan planet yang lainnya.  Mari kita lihat dari aspek suhu rata-ratanya saja sebagai indicator kenyamanan untuk makhluk hidup.  Merkurius memiliki suhu rata-rata 167 oC, dimana perbedaan siang malam dapat mencapai 1000 oC, gelap karena tidak memiliki atmosfir.  Planet Venus merupakan planet paling panas di dalam tata surya dengan suhu rata-rata 464 oC.  Sedangkan bumi yang nyaman memiliki suhu rata-rata 15 oC dan bulannya bersuhu -20 oC.  Mars memiliki suhu rata-rata -67 oC,  Jupiter dengan suhu -110 oC.  Saturnus dengan suhu -140 oC, Uranus dengan suhu -197 oC dan Pluto dengan suhu -200 oC (Gibson, 2005).  Untuk menunjukkan kehangatan kasih sayang Allah, maka diletakkanlah manusia di muka bumi ini, yang sangat nyaman tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

Allah SWT mengajarkan kepada manusia untuk menjadi pemimpin yang arif bijaksana di muka bumi.  Allah tunjukkan bagaimana malpraktek atau salah kelola bumi, yang diberi contoh melalui kerajaan Saba’ (Lihat Tulisan IBRAH-Mengambil pelajaran dari umat terdahulu).  Kesalahan manajemen yang utama adalah hati sebagai tempatnya bersemayam kekuasaan (locus of souveregnity) telah diisi oleh kerakusan dan hawa nafsu hedonistic dan kesombongan, sehingga lahir malapetaka politik, krisis lingkungan dan kehancuran ekonomi.  Allah memberikan solusi dari malapetaka di atas melalui ajaran Nabi Daud As dan Nabi Sulaiman As (Lihat Tulisan IBRAH-Mengambil pelajaran dari umat terdahulu) dimana locus of souveregnity diisi dengan kalimat tauhid.  Kedua nabi ini memberi contoh menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dialogis dengan rakyatnya dan selalu merawat alam yang menjadi karunianya.

Allah yang Maha Penyayang memberikan kasih-sayangnya yang luar biasa kepada manusia di akhir jaman, dengan diutusnya seorang Rasul yang dapat memberikan garansi keselamatan, di dunia dan akhirat, yakni Nabi Muhammad SAW.  Ia adalah penerus dan penyempurna ajaran para nabi sebelumnya.  Dan pula sebagai pewaris ajaran Nabi Sulaiman dan Nabi Daud.

Ummat Nabi Muhammad SAW diberikan keunggulan dari ummat sebelumnya.  Gambaran keunggulan tawaran lepada ummat Nabi SAW, seperti dikisahkan sebagai berikut :  Suatu hari Nabi Isa as melintasi sebuah Gunung yang dipenuhi cahay.  Beliau berkata, “Ya Rabb, jadikanlah gunung itu berbicara kepadaku”.  Maka Gunung itu bertanya, “Wahai Isa, apa yang engkau inginkan?”.  Beliau berkata, “Ceritakanlah kepadaku tentang dirimu”.  Gunung itu berkata, “Di kawahku ada seorang lelaki”.  Beliau berkata “Ya Rabb keluarkanlah orang itu”  Maka Gunung itu terbelah dan keluarlah seorang lelaki itu dengan wajah yang bersinar.  Lelaki itu berkata, “wahai Isa, aku berasal dari Kaum Nabi Musa As dan aku memohon lepada Allah agar aku hidup di jaman Nabi Muhammad SAW supaya aku menjadi umatnya.  Selama 600 tahun aku beribadah kepada Allah di dalam gunung ini”. Nabi Isa As bertanya, “Ya Rabb apakah di atas bumi ini tidak ada orang yang lebih mulia dari sisi-Mu dari orang ini?”.  Allah berkata,”Wahai Isa, barangsiapa dari Umat Nabi Muhammad yang berpuasa sehari saja di Bulan Rajab, maka ia lebih mulia di sisi-Ku dari orang ini”. (Kitab Amalul Kubra)

Sesuai dengan keadaan peradaban di akhir jaman serta perkembangan Ilmu pengetahuan, maka Al-Quran telah memenuhi konsumsi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada generasi akhir jaman.  Dengan ketiga kecerdasan yang diberikannya, maka Al-Quran dapat dipahami penjelasannya (bayan), sehingga tidak satu pun ayat yang tidak memenuhi konsumsi Akal dan perasaan Marusia yang sehat, kecuali di dalam hatinya terdapat sebuah virus kedengkian, yang menjadi kuman yang dapat mencegah sampainya pemahaman Al-Quran.  Fenomena ini telah dinyatakan oleh ayat pertama dari Surat Al-An’am sebagai berikut :

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.”

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Allah memuji kepada Zat-Nya sendiri.  Kalimat ini dimaksudkan untuk mengajarkan kepada hambanya untuk selalu bersyukur kepada Allah melalui ucapan Alhamdulillah, setelah Allah selesai menciptakan langit dan bumi, begitu juga siang dan malam sehingga semuanya ada dalam keseimbangan dan segala nikmat bagi manusia.  Ditafsirkan juga bahwa siang dan malam adalah adanya cahaya Allah, yakni Al-Quran dan orang-orang yang menolaknya, berada dalam kekufuran.  Semua yang disebut dalam ayat, yaitu adanya langit dan bumi, adanya petunjuk melalui Rasul-Nya.  Semuanya merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah untuk makhluknya.  Maka sudah sepantasnya untuk memuji Allah SWT, karena bagi-Nya hak untuk disembah dan dipuji.

Salah satu cahaya ajarannya adalah bagaimana menata-laksana negara agar dunia yang indah ini tertata dan terkelola dengan baik agar rahmat Allah terus dirasakan bagi seluruh alam, sebagaimana Allah juga menciptakan bumi ini dengan sentuhan kasih sayang, sehingga seluruh makhluk tertata dan terkelola dengan rapih dan indah.  Untuk itu, Surat Al-Balad, sebagai salah satu cahaya ajaran Nabi Muhammad SAW, telah memberikan panduan untuk terus berjuang mengajak manusia pada pendakian jiwa agar sampai pada maqam akhlak yang mulia.  Dalam pendakian ini, harus diperhatikan agar jiwa, tempat bersemayamnya pusat kekuasaan supaya dibebaskan dari pendudukan hawa nafsu yang cenderung memerintah pada kejahatan (al fasad).

Kalau pusat kekuasaan (locus of souverignity) telah didaki oleh hamba yang sudah tajally, maka akan sampai pada maqam Arrahman, dengan pangkat Ibadurrahman.  Maka inilah yang layak menjadi pemimpin yang soleh.

Ruh tauhid diabadikan dalam spirit Pancasila, dimana Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama) menjadi sumber kekuatan (power of changes) sebagai “matahari ma’rifat” dan sifat kasih-sayang yang harus muncul dalam pengayoman bangsa dan negara.  Sila yang pertama menjadi poros untuk sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.  Sila kedua sampai kelima melekat sebagai akhlak Rasulullah SAW.  Beliau mempersatukan umat yang berseteru, menetapkan hukum secara adil terhadap manusia, selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan dan peka dengan nasib rakyatnya.  Pemimpin yang demikianlah yang layak mengelola kekayaan Allah yang ada di bumi Indonesia, baik daratan maupun lautan sebagai modal kemakmuran Bangsa Indonesia.

Inilah perjalanan (roadmap) yang harus kita perjuangkan untuk mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia.  Kehidupan Bangsa Indonesia selalu dijadikan contoh buruk, diberi istilah dengan kata yang seringkali kurang menguntungkan, sehingga anak bangsa banyak yang merasa malu menyandang nama negaranya di luar negeri.  Alangkah celakanya lagi, tatkala anak bangsa sudah merasa malu mengakui ”Ibu Pertiwinya”.  Ini bukan persoalan sepele, tetapi sebuah ”Krisis Besar” karena anak bangsa sudah tidak percaya diri, bermental inferior, tidak memiliki nilai kebangsaan dan jiwa-jiwanya sudah luluh lantak, di kaki imperalis.  Krisis demi krisis telah kita lewati, padahal itu sebagai pelajaran untuk menjawab permasalahan besar di atas.  Akar masalah ini terletak pada ”spirit merah putih” (cinta kepada Allah dan Rasulullah Muhammad SAW) yang sudah tidak lagi berkuasa dalam locus souverignity, melainkan kesombongan atas cahaya ajaran, keserakahan dan nafsu duniawi, yang pada akhirnya akan membuahkan kehinaan.  Kondisi inilah yang membuat para pemimpin bertekuk lutut kepada para imperialis yang menyesakkan negeri kita.

Kini saatnya menjawab semua krisis tersebut dengan cahaya ajaran yang hanya dapat ditangkap dan dibawa oleh abdun-abdun yang telah terbangun spiritualnya, telah bangkit jiwanya.  Mari kita bangkitkan semangat membangun negeri kita, kita singsingkan lengan baju, kita kibarkan merah putih dalam jiwa-jiwa pemuda penerus Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jangan dibiarkan negara dan bangsa dijajah dan dijarah oleh kekuatan negara manapun.  Segera angkat martabat anak bangsa.  Jangan terhinakan lagi oleh sesama bangsa, apalagi oleh negara-negara zalim atau korporasi internasional yang zalim, yang sengaja menginjak-nginjak harga diri Bangsa Indonesia.  Seraya terus minta bimbingan dan perlindungan kepada Allah Jalla Jalaluh melalui pembangunan jiwa dengan spiritual Qur’ani sebagai perwujudan Cinta Kepada Allah dan Rasulullah Muhammad SAW (jiwa merah putih) untuk mewujudkan masyarakat yang dirahmati oleh Allah SWT (jam’an marhuman) di Bumi Indonesia.  Mudah-mudahan Allah mengantarkan kami, Bangsa Indonesia, menjadi negara BALDATUN TOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR.  Amin....

Dikutip dari buku ”To Be The Superpower Country” karangan KH. Sa’adih Al-Batawi & Dr. Nandang Najmulmunir, Ir. MS

1 komentar:

  1. KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM

    Assalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih

    BalasHapus